Home » , » Dakwah Mencerahkan Indonesia, Tajdid yaitu Purifikasi dan Dinamisasi

Dakwah Mencerahkan Indonesia, Tajdid yaitu Purifikasi dan Dinamisasi

Written By Jurnalis on Tuesday, June 3, 2014 | 10:00 PM



Oleh Dr. H. Haedar Nashir M.Si

Indonesia sebagai Negeri Muslim terbesar di dunia sesungguhnya merupakan ladang subur bagi gerakan - gerakan dakwah untuk menyemai benih - benih ajaran Islam sehingga melahirkan buah peradaban yang utama. Nusantara yang dulu mayoritas beragama Hindu dan kepercayaan lokal berubah total menjadi negeri dengan penduduk terbesar umat Islam. Hal itu tidak terlepas dari cara berdakwah yang mampu memikat hati dan menawarkan jalan hidup yang memberi harapan terbaik bagi masyarakat di negeri kepulauan ini.

Islam laksana matahari yang menyinari bumi Indonesia sehingga anugerah iman umatnya tetap terawat subur sampai sekarang. Sungguh tak ada perubahan yang signifikan pada prosentase kepemelukan agama di negeri ini, hingga umat Islam tetap mayoritas dengan 88,21% (Sensus 2010) dibandingkan penganut agama-agama lain. Peluruhan prosentase hanya di kisaran satu. Sehingga masih tetap memberi jaminan pada kepemelukan agama Islam dan tentu saja masih bisa ditingkatkan lagi dengan usaha-usaha dakwah yang lebih unggul.

Karenanya pertu meninjau ulang dan memperbarui pesan, pendekatan, strategi, dan langkah-Iangkah dakwah Islam agar selain mampu merawat jumlah kepemelukan sekaligus secara kualitas menjadikan pemeluk Islam sebagai umat terbaik (khair al-ummah) di negeri ini. Dakwah Islam harus benar-benar mencerahkan Indonesia. Di sinilah pentingnya dakwah pencerahan yang menyinari penduduk negeri, sehingga Indonesia menjadi negara dan bangsa yang berkemajuan.

Dakwah Pencerahan

Dakwah pencerahan ialah usaha-usaha menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam sehingga melahirkan perubahan ke arah yang lebih baik, unggul, dan utama dalam kehidupan pemeluknya dan menjadi rahmat bagi masyarakat luas di semesta alam. Dakwah pencerahan dalam setiap usahanya bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan di segala bidang dan Iingkup menuju raihan terwujudnya peradaban yang utama. Dakwah yang demikian memertukan pembaruan terus-menerus sehingga bersifat unggul dan alternatif.

Dakwah pencerahan sesungguhnya senapas dengan juwa dan konsep dakwah itu sendiri. Dakwah itu sifatnya mengeluarkan umat manusia dari segala bentuk kegelapan-kejahiliyahan menuju pada keadaan terang-benderang atau takhrij min al­ dhulumat ila al-nur (AS AI-Baqarah: 257). Itulah dakwah yang berwatak tanwir, yakni dakwah pencerahan. Sejatinya, dengan sifatnya yang demokratis dan membawa perubahan menuju ke jalan Allah yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat, maka dakwah itu memang harus mencerahkan.

Sebaliknya, bukanlah dakwah kalau tidak menyinari atau tidakmencerahkan kehidupan, baik kehidupan para pemeluknya maupun umat manusia keseluruhannya. Dakwah secara konseptual merupakan usaha mengajak pada Islam secara demokratis, bukan monolitik dan paksaaan.

Tak ada sebuah istilah yang paling demokratis dalam mozaik ajaran Islam kecuali kata dakwah. Dakwah berasal dari akar kata "da'a-yad'u-da'wata", artinya "memanggil", "menyeru", dan "menjamu". Yakni memanggil, menyeru, dan menjamu orang agar mau berada di jalan Allah menuju keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Artinya, dakwah dalam pandangan dan praksis apapun meniscayakan pendekatan, strategi, dan cara yang berproses secara terbuka dan timbal-balik, bukan yang tertutup dan monolitik. Dakwah itu harus cerdas-bijaksana (bil-hikmah), edukatif yang baik (wal al-mauidhat al-hasanah), dan dialogis yang unggul (wa jadil-hum bi-Iatiy hiya ahsan) sebagaimana dititahkan Allah (Qs. AI-Nahl: 125).

Adapun secara defenitif, dakwah menurut Muhammadiyah ialah "panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah (Qs. Yusuf: 108) yaitu jalan menuju Islam (Qs. Ali Imran:19)". Dakwah sebagai "upaya tiap Muslim untuk merealisasikan (aktualisasi) fungsi kerisalahan dan fungsi kerahmatan". Fungsi kerisalahan dari dakwah ialah "meneruskan tugas Rasulullah (Qs. AI-Maidah: 67) menyampaikan dinul-Islam kepada seluruh umat manusia (Qs. Ali Imran: 104, 110, 114)". Sedangkan fungsi kerahmatan berarti "upaya menjadikan (mengejawantahkan,mengaktualkan, mengoperasionalkan) Islam sebagai rahmat (penyejahtera, pembahagia, pemecah persoalan) bagi seluruh manusia (Qs. AI-Anbiya: 107)".

Karenanya, setiap usaha dakwah Islam oleh siapa, kapan, dan di mana pun haruslah membawa pencerahan dari keadaan "al-dlulumat" atau sistem yang gelap-gulita kepada kondisi yang serba "al-nur" atau penuh cahaya yang terang di segala lapangan kehidupan. Dalam bidang sosial-politik, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan aspek-aspek lainnya melalui dakwah harus terbangun kehidupan umat manusia setahap demi seta hap menuju pada kondisi yang cerah dan mencerahkan. Di sinilah jiwa, pikiran, dan langkah dakwah pencerahan menuju Indonesia bekemajuan. Melaui dakwah haruslah terjadi bahwa Islam benar -benar menjadi rahmatan 1iI-'alamin di Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya.

Kepada umat Islam sendiri usaha-usaha dakwah itu harus mencerahkan. Jika umat Islam sebagai mayoritas masih jauh dari ajarannya, tertinggal di banyak bidang kehidupan, besar kuantitas tetapi minim kualitas, merasa asing di rumahnya sendiri, sulit bersatu dan masih saling bermusuh-musuhan, serta kalah dalam banyak hal dari umal atau bangsa lainnya maka berarti. usaha-usaha dakwah Islam belum bersifat mencerahkan. Apalagi manakala atasnama dakwah terjadi pemunduran kehidupan umat, maka dakwah seperti itu secara tidak disadari bersifat penggelapan, yang tentu saja bertentangan dengan jiwa dan prinsip dakwah sendiri.

Gerakan Pencarahan
Dakwah pencerahan atau dakwah yang mencerahkan dalam perspeklif Muhammadiyah melahirkan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan ini bagi Muhammadiyah sesungguhnya bukan akan, tetapi telah dimulai sejak Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah seabad yang silam. Kehadiran Muhammadiyah melalui gerakan tajdid atau pembaruannya tidak lain sebagai wujud dakwah dan gerakan pencerahan. Gerakan mengembalikan umat pada sumber ajaran AI-Quran dan Sunnah Nabi yang murni dengan mengembangkan ijtihad di banyak bidang kehidupan merupakan aktualisasi dari dakwah pencerahan.Demikian pula dalam hal pelurusan arah kiblat, pembaruan sistem pendidikan, pemberdayaan masyarakat dhu'afa­mustadl'afin melalui AI-Ma'un, mendirikan gerakan perempuan Islam berkemajuan yakni Aisyiyah, serta berbagai dakwah bi Iisan dan bil-hal yang bersifat maju lainnya sungguh merupakan wujud nyata dari gerakan Muhammadiyah dalam menghadirkan dakwah pencerahan. Muhammadiyah bahkan terlibat aklif dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan dan pada langgal17 Aguslus 945 terlibat aktif dalam meletakkan fondasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Muhammadiyah bukan hanya berkeringat deras, telapi bahkan menjadi pendiri Republik ini.

Karenanya kini para anggota, mubalig, aktivis, dan pimpinan Muhammadiyah di mana pun termasuk yang berada di, Organisasi Otonom, Majelis, Lembaga, Amal Usaha, dan seluruh lingkungan Persyarikatan harus secara masif menggerakkan kembali jiwa, pikiran, dan langkah-Iangkah dakwah pencerahan ke dalam gerakan pencerahan saat ini di negeri tercinta ini. Gerakan pencerahan sebagai aktualisasi dakwah pencerahan dalam Muhammadiyah digelorakan kembali pada Muktamar ke­ 46 tahun 2010 di Yogyakarta sebagaimana terkandung dalam "Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua". Dinyatakan, bahwa Muhammadiyah pada abad kedua berkomilmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan.Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya yang bercorak struktural dan kullural. Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi, kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi social yang berkeadilan tanpa diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-Iaki dan perempuan, menjunjung tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama.

Dengan gerakan pencerahan Muhammadiyah terus bergerak dalam mengemban misi dakwah dan tajdid untuk menghadirkan Islam sebagai ajaran yang mengembangkan sikap tengahan (wasithiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusiaan laki-Iaki maupun perempuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, menjunjung tinggi akhlak mulia, dan memajukan kehidupan umat manusia. Komitmen Muhammadiyah tersebut menunjukkan karakter gerakan Islam yang dinamis dan progresif dalam menjawab tantangan zaman, tanpa harus kehilangan identitas dan rujukan Islam yang autentik.
Muhammadiyah dalam melakukan gerakan pencerahan berikhtiar mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan kembali) ke transformasi (perubahan dinamis) untuk melahirkan amal usaha dan aksi-aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhu'afa dan mustadh'afin serta memperkuat civil society (masyarakat madani) bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Dalam pengembangan pemikiran Muhammadiyah berpijak pada koridor tajdid yang bersifat purifikasi dan dinamisasi, serta mengembangkan orientasi praksis untuk pemecahan masalah kehidupan. Muhammadiyah mengembangkan pendidikan sebagai strategi dan ruang kebudayaan bagi pengembangan potensi dan akal-budi manusia secara utuh. Sementara pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada pengayaan nilai-nilai akidah, ibadah, akhlak, dan mu'amalat-duniawiyah yang membangun keshalihan individu dan sosial yang melahirkan tatanan sosial baru yang lebih religius dan humanistik.

Dalam gerakan pencerahan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasikan jihad sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan (badlul-juhdi) untuk mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat. Jihad dalam pandangan Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan, konflik, dan permusuhan. Umat Islam dalam berhadapan dengan berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan yang kompleks dituntut untuk melakukan perubahan strategi dari perjuangan melawan sesuatu (ai-jihad Ii-al-muaradhah) kepada perjuangan menghadapi sesuatu (ai-jihad Ii-al-muwajahah) dalam wujud memberikan jawaban-jawaban alternatif yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih utama.

Adapun dalam kehidupan kebangsaan Muhammadiyah mengagendakan revitalisasi visi dan karakter bangsa, serta semakin mendorong gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih luas sebagaimana cita-cita kemerdekaan. Dalam menghadapi berbagai persaingan peradaban yang tinggi dengan bangsa-bangsa lain dan demi masa depan Indonesia yang lebih maju maka diperlukan transformasi mentalitas bangsa kearah pembentukan manusia Indonesia yang berkarakter kuat. Manusia yang berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas mental yang membedakan dari orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran, kuat dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat khusus lainnya yang melekat dalam dirinya. Sementara nilai-nilai kebangsaan lainnya yang harus terus dikembangkan adalah nilai-nilai spiritualitas, solidaritas, kedisiplinan, kemandirian, kemajuan, dan keunggulan.

Itulah gerakan pencerahan untuk menyinari Indonesia..

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rilis Berita Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger