Latest Post

Intoleransi, Jenazah Ditolak karena Berbeda Pendapat Mengenai Tahlilan

Written By Jurnalis on Tuesday, June 10, 2014 | 4:39 AM


Selasa (10/06/2014) pagi, pukul 07.00 WIB ratusan massa dari berbagai ormas Islam turun tangan menyikapi pemboikotan pemakaman seorang warga.pemakaman ini sempat diboikot warga setempat.  Berbagai sumber menyebutkan, motif pemboikotan karena warga menganggap Wardi selama tidak pernah melakukan ritual selametan/tahlilan.
Sebelumnya, pemakaman ini sempat diboikot warga setempat.  Berbagai sumber menyebutkan, motif pemboikotan karena warga menganggap Wardi selama tidak pernah melakukan ritual selametan dan dianggap sebagai penganut faham garis keras.
Wardi adalah penduduk Dukuh Kedungsari Desa Lawu, seorang Muslim yang taat beragama, giat dalam mengikuti kajian Islam serta kokoh dalam memegang prinsip tauhid.
Berbagai ujian keimanan sempat datang silih berganti padanya hingga terjadi pemboikotan oleh warga, terutama saat prosesi pemakan ibu kandungnya. Warga sempat mengatakan jika tak mematuhi adat, warga tak akan mengurusi pemakamannya.
“Kalau kamu tidak mau mengikuti adat ritual selametan di daerah kita, kamu urusi sendiri pemakaman ibumu,” demikian ujar Wardi mengulang kembali ancaman seorang tokoh setempat.
Seperti diketahui, warga Dukuh Kedungsari, Lawu, Nguter, Sukoharjo, merupakan warga yang masih terbelakang dalam hal pemahaman agama.
Hanya beberapa gelintir orang saja yang mempunyai komitmen kuat untuk berislam dengan benar.
“Di dukuh ini, kerja bakti untuk membersihkan tempat yang dinilai keramat keramat danyangan pun diumumkan lewat masjid,” ujar seorang warga.
Sikap Wardi yang berlepas diri dari tradisi yang ia yakini salah rupanya banyak mendapat respon negatif warga sekitar. Tuduhan aliran sesat, ekstrim dan terorispun disematkan kepadanya.
Peristiwa serupa pernah terjadi di Bantul, DIY. Sikap intoleransi menimpa warga Bantul beberapa waktu yang lalu, Meninggalnya Ny Cipto Supriyono alias Sinem (55), warga Manding Desa Sabdodadi Bantul, Jumat (2/5/2014), menimbulkan polemik. Persoalannya dipicu lantaran warga keberatan jika jenazah perempuan tersebut kebumikan di kompleks makam kampung. Penolakan itu hanya karena almarhumah punya pendapat dan keyakinan tersendiri dan menilai acara tahlilan, kenduri oleh masyarakat Manding keliru. Baca : Intoleransi, Jenazah Suminem Tak Diizinkan Dimakamkan di Kampungnya (Kokamedia/ Hidayatullah.com)

Selamat Tinggal Dolly, Selamat Datang Kampung Berdaya

gambar : Bu Risma Tengah walikota Surabaya
Surabaya-LAZISMU. Hanya menunggu hitungan hari, lokalisasi Dolly akan segera ditutup. Informasi itu disampaikan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini beberapa hari yang lalu seperti diberitakan media massa. Semula, rencana ini akan ditutup pada 19 Juni, namun terkait koordinasi akhirnya tanggal itu dimajukan menjadi 18 Juni. Itu pun selalu dibayangi kerisauan dan ancaman berbagai pihak yang tidak setuju dengan penutupan Dolly.

Informasi terakhir yang diperoleh tim media LAZISMU, dari Saudara Aditio Udono yang menulis status barunya di laman resmi media sosial pada 7 Juni tepat pukul 21.33 wib. Adit menulis melalui akun pribadinya bahwa Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, tempat LAZISMU beroperasi akan menyerahkan bantuan kepada empat orang wanita penyandang disabilitas sosial.

Informasi serupa juga disampaikan Direktur Marketing LAZISMU, Nanang Q. El-Ghazal melalui pesan Blackberry kepada awak media LAZISMU. Sebelum berita ini diturunkan, hari ini (9/06) LAZISMU telah berkoordinasi dengan Adit yang aktif di jejaring Surabaya, dan kebetulan berada di Pemkot Surabaya menghadiri penyerahan bantuan kepada wanita tuna susila oleh Pemkot setempat.

Ternyata informasi ini benar adanya. Informasi yang dibeberkan Adit semakin menguatkan kabar dari Surabaya bahwa lokalisasi yang katanya dikenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu akan segera ditutup. Tidak akan terdengar lagi alunan musik khas prodeo dan kerlap-kerlip lampu warna warni yang melengkapi senyum-canda wajah tersolek si kupu-kupu malam.

Menurut Adit, LAZISMU bersama PWM Surabaya di Kantornya Jalan Sutorejo menyerahkan bantuan tiga alat mesin cuci (laundry) dan satu unit rombong yang dilengkapi dengan bantuan modal usaha tunai Rp 400 ribu secara berkala melalui tabungan Bank Niaga Syariah kepada empat orang mantan wanita tuna susila yang sudah dibina dan dibekali workshop branding gerakan zakat sekaligus meluncurkan Kampung Berdaya di lokalisasi Putatjaya (8/06).

Sebelumnya, Adit menuturkan pada Jum’at kemarin (6/06) digelar pelatihan dua puluh lima relawan pendamping eks WTS di Panti Asuhan Muhammadiyah Putat yang letaknya di tengah lokalisasi. Dan, malam harinya PDM rapat dengan seluruh relawan Pokja eks Lokaliasasi dan LAZISMU berkenaan dengan perkembangan suasana yang semakin mencekam di Dolly.

Barulah pada Sabtu (7/06) terjadi tindak kekerasan (red: pemukulan) terhadap seorang eks WTS binaan kita oleh seorang preman utusan germo, karena tobat dan mau beralih profesi. Peristiwa ini, sudah dilaporkan ke aparat dan Panti Asuhan Muhammadiyah Putatjaya dengan pengawalan KOKAM oleh PDM untuk berjaga-jaga.

Ternyata tak mudah untuk merealisasikan kampung berdaya, ungkap Adit. Upaya pemberdayaan eks WTS binaan di kampung Putatjaya terkendala oleh kerasnya penolakan sebagian warga yang telah bertahun-tahun ikut menikmati perputaran uang di Dolly. Padahal, proses advokasi yang difasilitasi LAZISMU Surabaya telah berjalan sejak Oktober 2013.

Jadi disini, dalam pendampingannya selama ini menggunakan pendekatan terintegrasi. Selain mengajak beragama ke jalan yang lurus, pendekatan alih profesi ekonomi juga ditekankan agar para WTS tersebut mendapat pendidikan dan pelatihan bagaimana berwirausaha serta bagaimana memelihara kesehatan reproduksi bagi perempuan, di Kampung Berdaya. Di samping itu, LAZISMU dan PWM tidak tinggal diam, bagaimana memotret anak-anak yang berada di lokalisasi Dolly, yang secara tidak langsung ikut terkena dampak sosial.

Tanpa banyak berkata-kata, Ketua Muhammadiyah Surabaya, Zayin Chudori memastikan bahwa bantuan itu akan disalurkan secara berkala. Kendati, dilakukan secara diam-diam, akhirnya berhasil disalurkan, jelasnya. Diakuinya bahwa ancaman dan gejolak itu pasti ada. Apalagi, soal pro dan kontra penutupannya. Mereka itu warga binaan yang berada di lokalisasi Dolly dan Jarak, ini adalah tugas dakwah untuk menyelamatkan mereka dari lembah hitam dan pemberdayaan sosial, akan selalu mendapat rintangan, paparnya.

Zayin menceritakan pendampingan terhadap PSK di Dolly masih terus dilakukan. Ini masalah sosial yang berkembang di masyarakat. Terlebih, agenda Pemkot Surabaya, yang akan menutup lokalisasi yang sudah ternama dan terbesar pada 18 Juni nanti. Kita juga menyiapkan jalan keluarnya seperti apa dengan putusan pemerintah terhadap Dolly. Di samping pembinaan mandiri, kita telah menyiapkan 25 orang relawan yang siap terjun mendampingi para WTS. papar dia.

Tarik ulur penutupan Dolly sudah berlangsung lama, bisnis seks ini menimbulkan banyak masalah. Menurut kabar, Tri “wanita besi” Rismaharini akan merevitalisasi “gubuk-gubuk malam” sepanjang Gang Dolly menjadi taman dan rumah wirausaha yang menjual hasil kerajinan para mantan PSK. Selain itu, Risma juga akan meminta suku dinas di Surabaya menangani perempuan-perempuan di Gang Dolly yang terindikasi mengidap virus HIV/AIDS. 
Sumber : lazismu pusat (http://m.kompasiana.com/user/profile/lazismu)

Pemuda Muhammadiyah Kulonprogo Pelatihan Mubaligh

Written By Jurnalis on Monday, June 9, 2014 | 10:13 PM

KULONPROGO  - Dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan 1435 H, Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kulonprogo menggelar pelatihan Mubaligh (dai). Pelatihan yang diikuti kader–kader Pemuda Muhammadiyah se- Kulonprogo yang merupakan utusan dari cabang (setingkat kecamatan), di Pondok Pesantren Al Manar Muhammadiyah, Pengasih, Minggu (08/06/2014). Dalam pelatihan menampilkan  penceramah Ustadz H Syaifudin SThI (Pengasuh Pondok Pesantren Al Manar yang juga sebagai Wakil Ketua PDM Kulonprogo) dan Ustadz Alip Mulyono SPd (Wakil Ketua PDM).

Pelatihan mubaligh (dai), menurut Ketua PDPM Kulonprogo Burhani Arwin, kader Pemuda Muhammadiyah harus siap mengisi bulan Ramadhan 1435 H dengan menjadi dai di kampungnya, mengkoordinasikan kader pada cabang agar siap mengisi ceramah kultum di masjid. Acara dipadatkan sehari yang terbagi dalam dua bagian materi tentang cara yang baik dan latihan praktik ceramah. 

"Dalam berdakwah itu tidak melulu dengan ceramah, ada banyak alternatif dalam berdakwah, antara lain dengan: tulisan (qolam), keteladan (uswah), diskusi/dialog, ceramah (lisan), harta (maal), maupun tindakan (hal)," kata Burhani. 

Kegiatan tersebut diapresiasi dan disambut baik oleh Wakil Ketua PWPM DIY bidang Litbang & Media Informasi, Rhomandika Cahyo Nugroho AMd. "Kami berharap kegiatan ini bisa memberi semangat PDPM yang ada di DIY untuk mengadakan acara yang sama guna persiapan dalam mengisi bulan Ramadhan yang semakin dekat. Hal tersebut juga sesuai dengan instruksi Bidang Dakwah PWPM DIY agar PDPM se-DIY mengadakan pelatihan mubaligh sebelum Ramadhan," kata Rhomandika.

Indonesia Ke Depan Harus Dipenuhi Dengan Nilai Agama yang Pro-Kemajuan



Surakarta - Membaca Indonesia dalam sketsa besar, dalam lensa yang luas, agar kita tidak melihat Indonesia dengan berbagai aspeknya ini dari satu sudut pandang, lebih-lebih pandangan yang sempit, karena ada perbedaan ketika kita melihat Indonesia dengan sketsa yang besar dengan perspektif yang besar atau luas, disbanding dengan satu sketsa saja. Lebih-lebih dalam suasana politik nasional, dihadapkan pada pilihan politik yang pasti, yang sarat akan kepentingan, lebih khusus lagi kepentingan sesaat. Hal itu disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, ketika menyampaikan isi pokok pikiran Buku Indonesia Berkemajuan Rekonstruksi Kehidupan Kebangsaan yang Bermakna dalam Seminar Indonesia Berkemajuan, Rekonstruksi Kebangsaan yang Bermakna dan Maklumat Kebangsaan di Tanwir ‘Aisyiyah, Gedung Batari, Surakarta, Jumat kemarin (6/6).

“Bagi Muhammadiyah melihat sketsa yang besar ini sangat penting, karena Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah sebagai gerakan Islam, yang berusia satu abad, tentu selain memiliki sejarah yang cukup panjang, juga telah memiliki cara pandang dan posisi yang relatif mapan, sudah teruji dalam berbagai situasi politik dan situasi nasional dalam dinamika sejarah yang begitu rupa,” ujar Haedar.

Cara memandang persoalan dengan sketsa yang besar, mendalam dan substantif, senapas dengan Islam sebagai ajaran yang kita yakini dan anut. “Konsep masyarakat Islam Berkemajuan tentunya harus memiliki nilai agama sebagai sumber berkemajuan, Indonesia ke depan harus terus dijejali dengan nilai-nilai keagamaan yang pro-kemajuan, hanya ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah yang punya kesempatan dan punya modal untuk itu,” kata Haedar.

Haedar menambahkan bahwa aktualisasi nilai-nilai agama ini harus diaktualisasikan dalam pranata-pranata sosial yang sudah terbangun dalam masyarakat Islam yang berkemajuan, “ ‘Aisyiyah telah memiliki Qoriyah Thoyyibah, Keluarga Sakinah. Muhammadiyah telah memiliki gerakan jamaah dakwah jamaah. Namun, aktualisasi ini tentunya memerlukan orientasi pimpinan yang pro-pergerakan, bukan alam pikiran birokrasi” tutupnya. (dzar/)

sumber : http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-3705-detail-indonesia-ke-depan-harus-dijejali-dengan-nilai-agama-yang-prokemajuan.html

Maklumat Nasyiatul Aisyiyah Tentang Pemilihan Presiden 2014


Maklumat Nasyiatul Aisyiyah Tentang Pemilihan Presiden 2014
Nomor 153/I/e/V/2014

Pergantian pemimpin nasional Republik Indonesia menjadi agenda penting proses demokratisasi bangsa karena pemimpin yang terpilih akan menentukan arah kebijakan pembangunan dan kehidupan politik Indonesia selama lima tahun mendatang. Nilai strategis Pemilihan Presiden membuat banyak kelompok masyarakat dalam aksi mendukung salah satu kandidat yang berpotensi menimbulkan perpecahan ataupun konflik.

Oleh karena itu Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menyatakan:
1. Mendukung sepenuhnya sikap Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagaimana tertuang dalam Maklumat hasil Sidang Tanwir Muhammadiyah 2014 di Samarinda.
2. Secara institusi Nasyiatul Aisyiyah tidak berpihak pada salah satu Calon Presiden yang akan berkontestasi dalam Pemilu 2014.
3. Memberikan kebebasan kepada anggota dan pimpinan untuk menyalurkan partisipasi politiknya sebagai warga negara serta menggunakan hak pilihnya secara cerdas, bijaksana dengan pertimbangan rasional dan spiritual dalam memilih pasangan calon presiden/wakil presiden yang memenuhi kriteria yang ditetapkan Muhammadiyah.
                                                                                                                                                                                   Yogyakarta, 28 Mei 2014

Ketua Umum,                                                                                           Sekretaris


Norma Sari, S.H, M.Hum                                                                   Ulfa Mawardi, S.Pd, M.Pd



sumber: nasyiah.or.id

Hasil Tanwir Aisyiyah: Tujuh Rekomendasi Capres 2014

 
Tanwir II Aisyiyah yang berlangsung selama tiga hari ditutup Ahad siang (8/7) oleh Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini. Tanwir ini diikuti oleh 276 anggota dan ungdan dari 33 provinsi. Hasil dari Keputusan Tanwir II ’Aisyiyah menghasilkan rekomendasi kebangsaan yang ditandatangani Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini dan Sekretaris Umum Dyah Siti Nuraini.
 
Rekomendasi tersebut berisi  tujuh poin penting yang dibacakan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Rohimi Zamzam. Dalam salah satu poin yakni poin keenam, Aisyiyah mendesak kepada Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk melakukan tindakan-tindakan strategis yaitu, secara lebih serius menjalankan kebijakan yang berpihak pada kepentingan kelompok perempuan antara lain  penyediaan laoangan kerja dan perlindungan pada tenaga kerja perempuan.

Selanjutnya, menyediakan anggaran yang proporsional bagi kepentingan perempuan dalam segala bidang, menjalankan kebijakan affirmative action keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga publik, menjalankan kebijakan yang memberikan rasa aman dan perlindungan kepada semua warga Negara dari tindak kekerasan apapun dan menindak tegas pelaku tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, menindak tegas pelaku korupsi dan memberikan hukuman yang berdampak pada efek jera para koruptor.

Dalam rangka menyongsong abad kedua Aisyiyah harus terus menerus melakukan pendidikan politik kebangsaan secara berkelanjutan dan menyiapkan kader-kader Aisyiyah untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Kesemuanya itu dalam rangka mewujudkan dan melaksanakan citacita Aisyiyah terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur, bermartabat dan berdaulat.

Selanjutnya pada rekomendasi kebangsaan di poin ketujuh, Aisyiyah meminta kepada anggota legislatif yang terpilih dalam periode tahun 2014-2019 agar menjalankan amanah, tanggungjawab dan bekerja secara sungguh-sungguh  menjalankan peran dan fungsi untuk kepentingan rakyat.

‘’Saya berharap anggota legislatif bisa mencontoh model permusyawaratan Aisyiyah seperti ibu-ibu Aisyiyah yang selalu bersemangat dan luar biasa selama mengikuti Sidang Tanwir II Aisyiyah di Surakarta ini. Meskipun sidang dimulai dari pukul 08.00 dan berakhir sekitar pukul 23.00 masih tetap bersemangat dan memberikan ide-ide dan pikiran yang brilian dan maju,’’kata Noordjannah. [sp/rol]

Ulama Besar Lirboyo "KH Ahmad Idris" Wafat


Jakarta- Innalillahi wa Innalillahi Rooji'un, bangsa Indonesia kembali kehilangan ulama besar dengan wafatnya KH. Ahmad Idris Marzuki, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri.

Almarhum wafat pada pukul 09:50, di Rumah Sakit (RS) Dr. Soetomo, Surabaya. Rencananya, almarhum akan dimakamkan malam ini, pukul 20:00 WIB, di pemakaman keluarga Lirboyo.
 
Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siraj, menyatakan sangat kehilangan dan berduka terhadap wafatnya almarhum KH. Idris Marzuki.

"Sebagai murid, saya tentu sangat kehilangan dan sangat berduka. Atas nama pribadi dan Nahdlatul Ulama, saya sampaikan belasungkawa. Insya Allah, siang ini saya akan ke Kediri untuk takziah," tutur Kiai Said pada Senin pagi (9/6).

Mbah Kiai Idris merupakan ulama besar, sederhana, zuhud dan sama sekali tidak memikirkan dunia.

Kiai Said masih ingat saat Muktamar (NU) di Lirboyo dahulu, bagaimana beliau berusaha keras untuk bisa menyukseskan acara.  Padahal, fasilitas yang ada saat itu tidak sebagus sekarang. Mbah Kiai Idris meninggal dengan tenang, karena meninggalkan murid-murid dalam kondisi yang saat ini sudah baik.

Jasa almarhum, tutur Kiai Said, sangat besar sekali, tidak hanya untuk Lirboyo, tapi juga umat Islam dan warga NU pada umumnya. "Saya bertemu terakhir kemarin, 4 Juni, saat bersama-sama ke Ploso (Haul Ploso). Tidak ada pesan apapun, beliau juga masih senyum-senyum," ujar Kiai Said. Saat itu, Kiai Idris memang sudah sakit, tapi masih tenang dan cerdas saat berbicara. [sp/rol]
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rilis Berita Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger